Sampel es krim di kotamadya Cina Tianjin telah dites dan Hasilnya positif COVID-19. - Virus itu muncul dalam sampel es krim dengan rasa cokelat dan stroberi yang diproduksi oleh Perusahaan Makanan Daqiaodao Tianjin yang ditutup untuk diperiksa. Dilaporkan oleh media China Jumat Lalu.
Fakta di Balik Es Krim yang Positif COVID-19 |
"Jika Anda baru saja membeli produk ini, silakan hubungi komunitas untuk melaporkan," bunyi siaran pers pemerintah, "Saat ini, penelusuran sumber virus masih berlangsung."
Pers yang dirilis oleh Snopes dirilis pada 15 Januari oleh Pemerintah Rakyat Kota Tianjin. Dinyatakan bahwa perusahaan telah ditutup sementara dan semua karyawannya dikarantina. Pada 14 Januari, 700 dari 1.662 karyawan dinyatakan negatif virus dan sisanya masih menunggu hasil mereka.
Total ada lebih dari 4.800 kotak es krim yang terkontaminasi. Sekitar 2.090 masih dalam penyimpanan, tetapi 2.750 sudah dikirim. Dari jumlah tersebut, lebih dari 930 tinggal di Tianjin sementara sekitar 1.800 dikirim ke luar kota, yang dekat dengan Beijing
Pejabat pemerintah mengatakan mereka sedang bekerja untuk menemukan semua es krim yang dijual di Tianjin, The Associated Press melaporkan. Mereka juga memberi tahu pihak berwenang di kota lain di mana es krim dijual. Sejauh ini, tidak ada bukti bahwa ada yang terinfeksi oleh es krim tersebut.
Es krim tersebut dibuat dengan bubuk whey yang diimpor dari Ukraina dan susu bubuk yang diimpor dari Selandia Baru.
Ahli virologi dari Universitas Leeds, Dr. Stephen Griffin, mengatakan kepada Sky News bahwa tes positif itu mungkin tidak perlu dikhawatirkan.
"Sepertinya kasus ini berasal dari seseorang yg sudah positif COVID-19, dan tanpa mengetahui detailnya, saya pikir ini mungkin hanya sekali," katanya.
Griffin berspekulasi bahwa es krim mungkin terinfeksi selama proses produksi atau karena kebersihan yang buruk di pabrik. Suhu dingin dan kandungan lemak es krim akan memungkinkan virus untuk bertahan hidup.
"Kita tidak perlu panik tidak semua es krim tiba-tiba akan terkontaminasi virus Covid-19," kata Griffin kepada Sky.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan risiko tertular virus dari makanan atau kemasan makanan rendah. "Saat ini, tidak ada bukti bahwa makanan terkait dengan penyebaran virus penyebab COVID-19.